Thursday 21 June 2012

Ukasyah bin Mihsyan

Bismillah.

Baru-baru ni aku tertarik dengan kisah Ukasyah yang meminta supaya rasulullah doakan beliau masuk ke Syurga tanpa dihisab. Tapi aku tercari-cari juga kisah lain yang jarang didengar dan jumpalah satu kisah mengenai beliau. Mari kita baca:

(Bilal mengumandangkan adzan. Saat adzan berlangsung, para masyarakat tergesa-gesa masuk ingin mendengar pidato rasulullah)
Dan masa pun berselang.
Mesjid penuh sesak, kaum Muhajirin beserta Anshar. Ada sosok cinta di sana, kekasih yang baru saja sembuh, yang membuat semua sahabat tak melewatkan kesempatan ini. Suaranya basah, menyenandungkan puji dan kesyukuran kepada Allah yang Maha Pengasih.
Rasul : “Duhai sahabat, kalian tahu umurku tak akan lagi panjang, Siapakah diantara kalian yang pernah merasa teraniaya oleh si lemah ini, bangkitlah sekarang untuk mengambil kisas, jangan kau tunggu hingga kiamat menjelang, karena sekarang itu lebih baik”.
(Semua yang hadir terdiam, semua mata menatap lekat Rasul yang terlihat lemah)
Tak akan pernah ada dalam benak mereka perilaku Rasul yang terlihat janggal. Apapun yang dilakukan Rasul, selalu saja indah. Segala hal yang diperintahkannya, selalu membuihkan bening sari pati cinta. Tak akan rela sampai kapanpun, ada yang menyentuhnya meski hanya secuil jari kaki. Apapun akan digadaikan untuk membela Al-Musthafa.
Melihat semua yang terdiam, rasul mengulangi lagi ucapannya, kali ini suaranya terdengar lebih keras. Masih saja para sahabat duduk tenang. Hingga ucapan yang ketiga kali…
Ukasyah : (mengangkat tangannya lalu berkata dengan takut dan terbata-bata menatap ke lantai)
Ya Rasul Allah, Dulu aku pernah bersamamu di perang Badar. Untaku dan untamu berdampingan, dan aku pun menghampirimu agar dapat menciummu, duhai kekasih Allah, Saat itu engkau melecutkan cambuk kepada untamu agar dapat berjalan lebih cepat, namun sesungguhnya engkau memukul lambung samping ku…
Rasul Wahai Bilal, pergilah ke rumah Fatimah dan mintalah cambukku dan bawa ke sini
Bilal Tapi ya Rasul…(menghentikan suaranya lalu berjalan lemas ke luar)
Tampak keengganan menggelayuti Bilal, langkahnya terayun begitu berat, ingin sekali ia menolak perintah tersebut. Ia tidak ingin, cambuk yang dibawanya melecut tubuh kekasih yang baru saja sembuh. Namun ia juga tidak mau mengecewakan Rasulullah.
Bilal Inilah Rasulullah memberikan kesempatan mengambil qisas terhadap dirinya. (lalu diketoknya pintu rumah Fatimah)
Fatimah : (menyahut dari dalam) Siapakah di luar?
Bilal Saya datang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasulullah
Fatimah Apakah yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?
Bilal Ya Fatimah, Ayahmu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengambil qisas terhadap dirinya.
Fatimah Siapakah pula gerangan orang itu yang sampai hati mengqisas Rasulullah?
(kemudian Bilal langsung pergi, Fatimah terheran-heran lalu ikut mengejar Bilal)
Segera setelah sampai, Rasul menyuruh Bilal memberikan cambuk kepada Ukasyah.dengan cepat cambuk berpindah ke tangan ‘Ukasyah. Masjid seketika mendengung seperti sarang lebah.
(Sekonyong-konyong melompatlah dua sosok dari barisan terdepan, melesat maju. Yang pertama berwajah sendu, janggutnya basah oleh air mata yang menderas sejak dari tadi, dia lah Abu Bakar. Dan yang kedua, sosok pemberani, yang ditakuti para musuhnya di medan pertempuran, Rasul menyapanya sebagai Umar Ibn Khattab)
Abu Bakar Hai Ukasyah, pukullah kami berdua, sesuka yang kau dera. Pilihlah bagian manapun yang paling kau inginkan.
Umar kisaslah kami, jangan sekali-kali engkau pukul Rasul
Rasul Duduklah kalian sahabatku, Abu Bakar dan Umar. Allah telah mengetahui kedudukan kalian
(Rasul memberi perintah secara tegas. Ke dua sahabat itu lemah sangsai, langkahnya surut menuju tempat semula. Mereka pandangi sosok ‘Ukasyah dengan pandangan memohon. ‘Ukasyah tidak bergeming. Melihat Umar dan Abu Bakar duduk kembali, Ali bin Abi thalib tak tinggal diam. Berdirilah ia di depan ‘Ukasyah dengan berani)
Ali : Hai hamba Allah, inilah aku yang masih hidup siap menggantikan kisas Rasul, inilah punggungku, ayunkan tanganmu sebanyak apapun, deralah aku
Rasul Allah Swt sesungguhnya tahu kedudukan dan niat mu duhai Ali, duduklah kembali
(kini yang tampil di depan U’kasyah adalah Hasan dan Husain)
Hasan Hai Ukasyah, engkau tahu, aku ini kakak-beradik, kami adalah cucu Rasulullah, kami darah dagingnya…
Husein Benar, bukankah ketika engkau mencambuk kami, itu artinya mengkisas Rasul juga
(Tetapi sama seperti sebelumnya Rasul menegur mereka)
Rasul Duhai penyejuk mata, aku tahu kecintaan kalian kepadaku. Duduklah.
Masjid kembali ditelan senyap. Banyak jantung yang berdegup kian cepat. Tak terhitung yang menahan nafas. ‘Ukasyah tetap tegap menghadap Rasul. Kini tak ada lagi yang berdiri ingin menghalangi ‘Ukasyah mengambil kisas.
Rasul Wahai Ukasyah, jika kau tetap berhasrat mengambil kisas, inilah Ragaku..
Ukasyah : Ya Rasul Allah, saat Engkau mencambukku, tak ada sehelai kainpun yang menghalangi lecutan cambuk itu..
Tanpa berbicara, Rasul langsung melepaskan ghamisnya yang telah memudar. Dan tersingkaplah tubuh suci Rasulullah. Seketika pekik takbir menggema, semua yang hadir menangis pedih.
(Melihat tegap badan manusia yang di maksum itu, tiba-tiba…………………..
’Ukasyah langsung menanggalkan cambuk dan berhambur ke tubuh Rasul. Sepenuh cinta direngkuhnya Rasul, sepuas keinginannya ia ciumi punggung Rasul begitu mesra. Gumpalan kerinduan yang mengkristal kepada beliau, dia tumpahkan saat itu. ‘Ukasyah menangis gembira, ‘Ukasyah bertasbih memuji Allah, ‘Ukasyah berteriak haru, gemetar bibirnya berucap sendu)
Ukasyah Tebusanmu, jiwaku ya Rasul Allah, siapakah yang sampai hati mengkisas manusia indah sepertimu. Aku hanya berharap tubuhku melekat dengan tubuhmu hingga Allah dengan keistimewaan ini menjagaku dari sentuhan api neraka”.
Rasul Ketahuilah duhai manusia, sesiapa yang ingin melihat penduduk surga, maka lihatlah pribadi lelaki ini.

No comments:

Post a Comment